Dukungan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengusut tuntas skandal dana talangan Rp. 6,7 triliun kepada Bank Century terus mengalir. Kali ini giliran Keluarga besar mahasiswa Universitas Nasional (Unas) yang menyambangi kantor KPK di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, untuk memberi dukungan moril.
Ratusan mahasiswa Unas didampingi dosen mereka menggelar aksi damai di depan kantor KPK sejak pukul 14.50 WIB sambil membawa keranda mayat, sebagai simbol matinya penegakan hukum di Indonesia.
Mahasiswa juga didampingi, Dekan Fisip Unas Asto Atmojo, Pudek Fisip Unas Sutanto dan Pudek III Fisip Dodi Triwidodo.
Dalam orasinya, mahasiswa menyerukan perlawanan terhadap pemimpin yang menindas rakyat dengan perbuatan korupsi. Koordinator aksi, Flavianus mengatakan, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono telah gagal menegakkan supremasi hukum.
Karena itu, dia meminta agar perjabat negara yang diduga terlibat dalam skandal Century dinonaktifkan dari jabatannya sekarang agar memudahkan proses hukum terhadap mereka.
Dia menambahkan, pengusutan harus dilakukan oleh KPK. Sebab, mereka tidak memercayai institusi kejaksaan dan kepolisian sebelum adanya reformasi total di kedua lembaga itu.
"Untuk itu dua pimpinan KPK (Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah) yang sempat dikriminalkan harus kembali ke kantor KPK untuk meneruskan pengusutan kasus Centruy,"ujarnya.
Sempat terjadi aksi dorong-mendorong antara demonstran dengan aparat polisi yang menjaga ketat aksi tersebut hingga memicu ketegangan. Para demonstran memaksa masuk ke Gedung KPK meskipun beberapa rekan mereka telah diterima oleh perwakilan KPK.
Suasana bertambah tegang saat terjadi lemparan ke arah polisi dari oknum tak dikenal. Namun, bentrokan tak sampai terjadi karena aparat kepolisian memilih mundur dan bertindak persuasive.
0 comments:
Post a Comment